Friday 27 July 2012

Perbedaan Penanggalan Hijriyah


Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Indonesia, bulan Ramadhan datang dan orang-orang telah bersiap menyambutnya. Begitu pula dengan ulama Indonesia. Pembahasan tentang perbedaan tidak akan pernah ada habisnya. Banyaknya budaya, suku, ras, adat, agama, serta kepercayaan tidak memungkinkan masyarakatnya memiliki satu pandangan. Kembali lagi pada penetapan awal-akhir bulan di tahun Hijriyah.

Penasaran tentang hal yang sering diperdebatkan dan membuat bingung. Iseng-iseng, saya baca artikel. Mungkin ini bisa sedikit membuka mata dunia kita. Atas dasar kewajiban manusia untuk menuntut ilmu dan bersedekah. Maka beberapa artikel yang saya baca, saya gabungkan jadi satu. Kecenderungan pandangan/pemahaman agama atas paradigma filosofi, dan sedikt pardigma fikih dan tasawuf. Maka, bukan berarti benar atas ijtihad yang disampaikan.

Ada beberapa bahasan atau pandangan berkenan penanggalan hijriyah.

Pertama, kewajiban menaati ulil amri. Saya pernah mengikuti suatu pengajian dan forum dengan bahasan ulil amri. Ulil amri yang diketahui adalah peimimpin suatu negara atau bangsa atau ada pula yang menyebut pemerintah. Abu Hurairah radhiyallahu’anhu sebagaima diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari dengan sanad sahih, beliau berkata,“Mereka -yaitu ulil amri- adalah para pemimpin/pemerintah.”  

Dalam kutipan surat An-Nisaa:59 
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.  

Serta hadist Abu Hurairah radhiyallahu’anhu  Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Wajib atasmu untuk mendengar dan taat, dalam kondisi susah maupun mudah, dalam keadaan semangat ataupun dalam keadaan tidak menyenangkan, atau bahkan ketika mereka itu lebih mengutamakan kepentingan diri mereka di atas kepentinganmu.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [6/469])

Pada dalil-dalil tersebut dapat dijadikan bahan diskusi. 
  Apakah kita wajib mengikuti Ulil Amri?
Belum tentu, dapat diperhatikan kata "taatilah", kata tersebut hanya mengikuti 2 (dua), Alloh dan Rosulnya dengan sangat jelas, namun tidak disertainya kata-kata “ta’atilah” pada ulil amri, sehingga tidak bisa digunakan sebagai pembenaran oleh penguasa agar umat mengikuti.

Ada hujjah tambahan kenapa kata ulil tidak diikuti dengan “ta’atilah”, bunyi ayat 66-68 dalam surat Al Ahzab sbb: 
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar“

Lanjut kepada kata “Uli” dari segi bahasa adalah bentuk jamak dari “Waliy” yang berarti Pemilik atau yang mengurus atau menguasai, bentuk jamak artinya mereka itu banyak orang. Sedangkan kata “amr”, berarti perintah atau urusan. Dengan demikian ulil al amr adalah orang yang berwenang mengurusi kaum muslimin, yang diandalkan dalam mengurus soal-soal kemasyakaratan. Ada beberapa pendapat mengenai siapa ulil amri yang sesungguhnya, ada yang mengatakan penguasa/pemerintah, ada yang bilang ulama, ada juga yang mengatakan mereka yang mewakili masyarakat dalam berbagai profesi. Yang perlu dicatat adalah kata Amr berbentuk makrifat atau difinite, maka dari itu banyak ulama membatasi pemilik kekuasaan itu hanya pada persoalan kemasyarakatan, bukan persoalan akidah atau keagamaan murni. [Tafsir Al-Misbah oleh DR. Quraish Shihab, volume 2]

Kedua, metode hisab atau rukyat hilal. Metode Hisab berarti perhitungan, sedangkan metode rukyat yakni dengan cara visual. Merujuk surah An-Nisaa:59, “Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Hisab secara harfiah diartikan sebagai PERHITUNGAN atau dalam dunia islam dikenal lekat dengan ilmu falaq (astronomi). Namun metode tersebut ada yang mengatakan bid'ah. Ingat! Jika berselisih mari merujuk An-Nisaa:59 dikembalikan kepada Al Quran maka, argumen yang kuat dan disokong oleh ayat Qur’an, diantaranya :

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)." (Yunus, ayat 5)
"Matahari dan Bulan (beredar) menurut perhitungan." (Ar Rahmaan, ayat 5)
Dan banyak lainnya yang menekankan pada perhitungan bukan pandangan mata telanjang.

Padangan Bid'ah? Mungkin karena pada masa rasullullah, beliau dan sahabatnya tidak pernah menggunakan cara hisab walaupun sebenarnya sudah ada ilmu hisab di arab saudi. Namun, dapat diingat bahwa pada masa itu ilmu hisab belum berkembang.  "Rasulallah Saw bersabda Kita adalah umat buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pandai berhitung, sebulan itu adalah sekian dan sekian (maksudnya kadang-kadang 29 hari dan kadang-kadang 30 hari) (HR. Al Bukhari)" . Oleh karena itu cara yang paling mudah adalah dengan melihat bulan(hilal).  Itu cara terbaik masa itu.  
Rasulallah Saw sangat berhati-hati terhadap bulan Ramadhan, dibanding dengan bulan lainnya, kemudian beliau berpuasa karena melihat hilal Ramadhan, maka bila hilal Ramadhan tidak terlihat karena tertutup oleh awan beliau menghitung lamanya bulan Sya’ban itu 30 hari.(HR. Abu Dawud)

  Upaya pengamatan terbaik pada masa itu telah dilakukan, maka upaya yang terbaik pula harus dilakukan pada masa sekarang dengan kelebihan mampu membaca, menulis, berhitung, serta kemampuan berpikir yang lebih dengan bantuan teknologi satelit, astronomi, dan telekomunikasi.

Dengan kesemua teknologi yang ada saat ini, maka akan dapat diketahui dengan cukup akurat kapan terjadinya bumi, bulan dan matahari dalam posisi segaris. "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ILMU PENGETAHUAN beberapa derajat. (Al Mujadilah, ayat 11) "

Ibnu Umar ra berkata, Rasulallah Saw bersabda “Sesungguhnya sebulan itu lamanya 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sehingga melihat hilal, dan janganlah kalian berlebaran sehingga melihat hilal, maka apabila hilal tertutup oleh awan sehingga kalian tidak dapat melihatnya, maka perkirakanlah untuknya. (HR. Muslim)
Lafazh فاقدروا له pada hadits di atas memiliki arti maka kira-kirakanlah dengan ilmu hisab atau hisablah dengan hisabul manzilah (hitunglah dengan perjalanan bulan), dengan demikian maksud hadits di atas memberi pengertian bahwa selain dengan rukyat, awal dan akhir Ramadhan dapat ditetapkan dengan dan perkiraan ilmu hisab yakni dengan menghitung peredaran bulan.

Ketiga, metode rukyat global. Maksudnya jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.
Dalam konferensi OKI tahun 1978 di Turki (Indonesia juga mengirimkan delegasinya) menghasilkan tiga rumusan terkait penanggalan Islam, yang pertama, sentral penanggalan Islam adalah Mekkah Al Mukarommah, yang kedua, hasil rukyatul hilal di suatu negeri berlaku untuk seluruh dunia. yang ketiga, Saudi Arabia wajib menghimpun informasi dari berbagai penjuru dunia dan dilanjutkan menyebarkannya ke seluruh dunia pula.

Surah Ali Imron:96:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.

Dari ketiga bahasan diatas, kita tidak dapat memastikan kebenarannya. Kita pun tidak dapat menyalahkan pemerintah yang masih saja mengalami perbedaan tanggal karena masing-masing ulama atau ormas pasti memiliki dalil yang kuat serta ilmu yang perangkat canggih yang dapat mendukung untuk menentukan.  Sepintar apa pun ulama yang berijtihad, hasilnya bisa benar tapi mungkin juga salah.  

Maka ikutilah apa yang kamu yakini benar berdasar Al-Qur'an dan hadist.
Jangan menyalahkan ataupun membenarkan yang sejatinya masih diragukan.
Kebenaran hakiki ada pada Allah, biarkan manusia berikhtiar mencari kebenaran, dan perbedaan adalah rahmat

  Wallahua'lam bish-shawab
Sertakan Allah dalam setiap nafas dan perbuatanmu :)

Catatan:
Sebenarnya ada cara jitu untuk memastikan klaim mana yang benar, tunggu saja nanti tanggal 15 pada bulan hijriyah jatuhnya hari apa. Pertengahan bulan islam itu pasti Bulan Purnama. Prediksi  NASA, mengenai full moon silahkan lihat d iNASA Eclipse Web Site

Dikutip dari:
http://regional.kompasiana.com/2011/09/02/1-syawal-yang-saya-imani/
http://derisuyatma.wordpress.com/tag/cara-penetapan-awal-akhir-ramadhan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat
http://abumushlih.com/kewajiban-menaati-ulil-amri.html/
http://eclipse.gsfc.nasa.gov/SKYCAL/SKYCAL.html?month#skycal

Let Me!


Dongkrak.. dongkrak.. naik.. !
Pupus di genggaman sendiri
Melirik, sembunyi, dan tampak
Harapan, harapan, dan harapan
Ingin halnya arketisisme

Banyak mengalih 

Nafas..
Berapa kali aku berpikir tentng ini?
Tak ubah mengantar hidup
Yang menyisih
atau
Yang selalu mendampingi

Diberi sebagai tanda rasa
Ada atau tiada?
Tak dihirup atau tak terhembus, hampa
Mengikat benang jalan semut-semut hitam

Hey! Apa pedulimu?
Kau jalankan sendiri, dilebihkan lagi
Tak seorangpun melirik dan didengar

Coba saja.. Nanti, masih belum usai.

Saturday 19 May 2012

"Pahit?"

Tetes-tetes basah
Tertegun dengan diamnya malam
Sakit, namun cantik
Bergaris-garis seirama jalan-jalan kota
Embun segan menyusuri dingin di atas bintang-bintang sawah
Terpendar, terang, tidak setulus Engkau

Gurat tipis manghias jasad
Lembut, keras, keringat, menetes bersama arahku berlariTak semudah itu! Kau menjatuhkan..
Tinggal, mengawas, dan sedikitnya

Sungguh geram, seluruh
Masuk tanpa ketukan, menerobos, melukis, menusuk, atau pun memeluk hangat
Hangat? Bukan dan tidak

Sayangnya, alam dimensi waktu bukan pertemuanku
Engkau tak kunjung menjenguk, jtapi dia
Yang sepertimu.. "Pahit"

Terlaksana suram dan gurindam
Memiliki segala perkakas yang pantas dan kadang menyakitkanBaik, pahit, manis, dan lembut ...
Setidaknya masih terdengar